Menjadi idealis itu keren. Tapi jangan senang dulu. Karena bonus pertamanya: disalahpahami. Kalau kamu punya visi besar, siap-siap dianggap gila. Bukan karena visimu salah. Tapi karena mereka belum sampai di tempat yang kamu lihat dan yakini. Sejarah mencatat: Orang yang benar biasanya baru diakui setelah pensiun. Atau setelah mati.
Kamu menghadapi masalah rumit? Akan ada yang menilai kamu bodoh. Padahal mereka bahkan tidak tahu ⅓ dari apa yang sedang kamu hadapi. Cepat mengambil inisiatif? Siap-siap dikritik. Lambat dianggap bijak. Entahlah!.
Kita terlalu takut salah. Sampai-sampai kita lebih rela hidup dengan masalah, daripada mencoba solusi yang belum pasti. Akhirnya hanya pandai menyalahkan. Tapi lumpuh untuk memulai. Logikanya: Semua keputusan hari ini pasti ada risikonya. Semua langkah pasti punya cacatnya. Tapi bukan berarti kita harus diam dan menunggu zaman membusuk.
Daripada bertanya: “Lalu bagaimana kalau gagal?” Lebih baik: “Kalau tidak mulai sekarang, siapa lagi yang akan membayar harga keterlambatan esok hari?” Jadi, sudah cukup kita menonton. Sudah cukup kita takut jadi omongan. Waktunya generasi ini punya karya besar. Dan jangan khawatir. Kalau kamu dianggap gila, mungkin itu tanda kamu sedang waras di zaman yang salah. Atau memang kita hidup di zaman dimana bergerak cepat itu dosa besar bagi mereka yang suka menunda.