Setiap kali ada seminar motivasi, yang paling semangat datang itu biasanya yang paling sering bangkrut. Yang belum punya usaha, ikut biar ada ide. Yang sudah punya rintisan, ikut biar gak gulung tikar. Yang nganggur? Ya ikut juga. Siapa tahu ada doorprize motor. Jujur. Itu bukan kunci sukses. Itu baru gantungan kuncinya.
Ada orang yang suka sekali bilang: “Susah, Mas. Hidup ini keras.” Padahal yang keras itu bukan hidupnya. Tapi kepalanya. Maunya instan. Maunya dikasih. Maunya dimengerti. Tapi giliran disuruh kerja lebih, bilang: “Gaji gak nambah, buat apa rajin?” Jadi memang minim isi kepala seminim isi dompetnya.
Kita ini bukan bangsa yang miskin. Kita bangsa yang dimiskinkan oleh mental sendiri. Pagi-pagi sudah update status: “Rezeki sudah ada yang ngatur.” Padahal belum mandi, belum nyapu, belum jualan. Helleh!
Yang lain bangun pagi, ia sibuk bangun argumen. Satunya sibuk kerja, ia sibuk cari alasan. Merasa paling pintar pluas anti belajar. Merasa benar tidak pernah koreksi diri. Yang salah selalu sistem. Yang kaya pasti curang. Yang rajin dibilang cari muka. Lalu berharap hidupnya berubah.
Padahal kunci sukses itu sederhana: Kerja lebih banyak. Ngomong lebih sedikit. Tanggung jawab lebih besar. Bukan sibuk menyalahkan. Sibuk buat konten penderitaan. Sibuk membandingkan. Kalau kamu terus merasa jadi korban, jangan harap ada episode menang!. Titik nggak pakai koma.
Dan kalau kamu belum sukses sekarang, No problem. Asal jangan miskin cara berpikirnya. Karena kalau pola pikir kita benar. Satu hari pun cukup untuk memulai langkah besar. Kopi boleh sachet. Tidak apa-apa. Tapi jangan sampai mimpimu larut dalam air panas dan habis sebelum melangkah.