Geliat Mikroba di Tanah Wakaf TSA | Wakaf Produktif

Dulu, orang kalau bicara tanah wakaf, bayangannya cuma satu: diam. Tidak bergerak. Tidak produktif. Paling dipagari. Diberi plang. Dibiarkan tidur seperti purnawirawan.

Tapi tanah wakaf TSA dibangkitkan. Ada makhluk kecil tak terlihat yang bekerja tak kenal lelah: mikroba. Bukan hanya membenahi tanah. Mereka menyulap yang tandus jadi hidup. Mereka bukan influencer, bukan teknokrat. Tapi para pekerja sunyi yang menggeliat menciptakan simfoni kesuburan yang tidak terlihat, tapi dapat dirasakan.

Di ladang-ladang TSA, mikroba bukan lagi makhluk remeh. Mereka sudah naik pangkat jadi ‘manajer bawah tanah’. Mereka mengatur ekosistem. Menyeimbangkan pH. Menyerap nitrogen. Mengurai organik. Bahkan memperkuat akar. Dan katanya “Yang kuat akarnya, tak goyah diterpa badai.”

Tanah wakaf TSA jadi hidup. Bukan saja dengan alat berat. Tapi karena keputusan ringan: memberi ruang bagi yang kecil. Mengandalkan yang tak kasat mata. Percaya pada proses yang sunyi, seperti kita percaya pada takdir.

Maka jangan heran kalau suatu hari nanti, ekonomi pesantren tidak hanya tumbuh dari keringat manusia, tapi dari kerja sama yang harmoni: manusia, mikroba, dengan restu langit.

Tanah wakaf itu kini bukan sekadar lahan. Ia sudah jadi ladang amal. Tempat tumbuhnya sayur, buah, dan harapan. Dan semua bermula dari mikroba makhluk kecil yang diam-diam menyelamatkan masa depan.

Ingat kata bijak? Yang besar belum tentu kuat. Tapi yang kecil, bila konsisten, bisa mengubah dunia. Termasuk tanah wakaf. Termasuk TSA. Termasuk kita.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Shopping Cart