Trubus Sentra Agrobisnis Perikanan

Merawat Ikan Seperti Merawat Perasaan Mantan | Wakaf Produktif

Air sumur di kolam TSA sudah ngendap lebih dari 10 hari, tapi kok tetap bening? Biasanya, kalau air kena matahari 2-3 hari saja sudah berubah jadi hijau, tandanya siap untuk ditebari benih. Tapi ini? Bening terus. Seperti tak punya harapan.

Rupanya, air sumur kami miskin mineral. Tak ada nutrisi, tak ada kehidupan mikro. Maka si mikroba buatan lab TSA pun diturunkan. Dicampur garam kasar, dimasukkan ke air—blupp! Botolnya berdesis, aromanya segar. Seolah berkata, “saya siap bekerja.”

Ikan-ikan di kolam itu kurus. Bukan karena kurang makan. Tapi karena airnya terlalu bersih. Tak ada mineral. Ikan hanya bertahan hidup, tidak tumbuh. Yang mereka makan cuma untuk produksi lendir.

Sistem kocor pun disalahkan. Air terus mengalir, listrik boros, nutrisi tak sempat tinggal. Kalau semua kolam pakai kocor? Bisa-bisa TSA berubah jadi waterboom.

Solusinya? Stop kocor. Gunakan sistem konservasi air: Red Water System atau bioflok. Tapi ingat, lele bukan sembarang ikan. Terlalu berlendir, bisa merah, pucat, lalu mati.

Ya beginilah. Merawat ikan berlendir itu seperti merawat perasaan mantan: harus peka. Tapi ini titah Pak Haji. Harus ada lele di TSA.

Ngopi dulu saja. Nggak usah pusing mikir lendir si kumis. Suatu hari nanti, pasti kolam-kolam ini akan penuh cerita. Bukan cuma tentang mikroba, tapi tentang kesabaran, eksperimen, dan sedikit frustasi yang di siram setiap hari.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Shopping Cart