Dari Mikroba Boyolali ke Solar Kalasan: Catatan Dua Hari yang Menetapkan Arah | Wakaf Produktif

Kunjungan ke Boyolali kali ini bukan untuk menikmati susu atau sapi perah. Juga bukan makelar sapi Idul Adha. Tapi tentang hal yang lebih kecil dari kutu, mikroba. Namun berdampak sangat besar.

Ada varian mikroba yang dibedakan secara cerdas dan sistematis. Ada yang untuk pembenah tanah, bahkan tanah bekas tambang yang ditinggal kontraktornya seperti mantan istri yang sudah pindah rumah, bisa hidup lagi. Harmonis lagi. Apalagi cuma kebun sawit. Ada yang untuk dekomposer. Ada juga probiotik untuk ikan, unggas, dan ruminansia. Tinggal diberi KTP dan ditempatkan di medan yang tepat. Mungkin langsung bisa ikut pemilu.

TSA sudah punya yang disebut F1. Tapi di Boyolali kita belajar tentang F0. Yang menarik, F0 probiotik itu bisa dibuat sendiri. Levelnya mikroba kelas sarjana. Modalnya niat dan sedikit ketelatenan. Perbanyakan F2 juga dijelaskan. Selama tidak ada perubahan formula, maka mikroba itu bisa dikloning, diperbanyak, didistribusikan, selamanya. Mirip ekonomi abadi dari dunia mikrobiologi.

Kuncinya untuk kemaslahatan umat yang menanti hasil karya intelektual membuat diskusi begitu cair sampai level nano. Boyolali juga menyuplai empon-empon. Karena kunjungan berikutnya harus lebih efektif. Tidak hanya berpikir, tapi juga sudah harus menanam. Langka cari empon-empon di tanah batu bara. Tapi harus bisa. Nggak boleh tuman.

Dari tanah ke api. Dari Boyolali ke Kalasan. Masuk ke dunia teknologi. Mesin pirolisis. Di tempat ini bukan main: mereka bisa mengubah sampah plastik jadi bahan bakar. Mirip pertalite dan solar. Bukan dongeng. Bukan rencana. Tapi realita. Tapi yang luar biasanya: tidak semua orang percaya.

Produksinya? Masih kecil. Tapi konsepnya kuat. Memang, belum ada pembicaraan resmi. Tapi PIC sudah digenggaman. Dan kalau sudah pegang kontak, biasanya jarak antara ide dan realisasi tinggal seukuran pulsa.

Tim Pakar tidak mau menunggu. Rencana langsung digeber. Lanjut ke Kota Gudeg Yogyakarta. Karena untuk TSA, teknologi tidak boleh diam di seminar. Ia harus menyala di lapangan.

Dua hari, dua dunia. Mikroba dan mesin. Inilah Indonesia versi kerja. Ini bukan proyek. Ini bukan “pilot project” yang berakhir di atas kertas laporan. Karena TSA bukan mencari sensasi, tapi solusi. Bahkan kalau perlu dari Boyolali dan Kalasan.

Kalau ada yang masih tanya: “Emangnya bisa?”. Jawab “bisa”!. “Situ masih ragu dengan tangan-tangan Tuhan?”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Shopping Cart