Di Trubus Sentra Agrobisnis, tak ada yang terlalu tinggi untuk menyingsingkan lengan. Tak ada pula yang terlalu rendah untuk dimintai pendapat. Kepala unit kebun bisa berdiskusi dengan mahasiswa magang sambil menanam pohon. Pakar bisa duduk bareng teknisi membahas proses fermentasi pakan. Bahkan kadang-kadang, sopir truk mengusulkan sistem pengadaan bahan, dan anehnya, diterima.
Saya suka menyebutnya dengan istilah tua tapi bermakna dalam: collegiality. Bekerja bukan karena disuruh. Bekerja bukan untuk laporan. Tapi karena ada rasa memiliki. Ada semangat: “Kalau kamu gagal, aku juga ikut gagal.” Maka tak heran jika peternak ikan bantu urus pangan, dan penyuluh hortikultura bantu atur jadwal survey dan kunjungan.
Di rapat evaluasi, tak ada suara keras. Tapi selalu ada tawa dan geleng kepala. Bukan karena lelah. Tapi karena setiap masalah seolah jadi peluang untuk bekerja lebih rapat. TSA ini kalau jadi orkestra, tidak ada konduktor. Tapi tetap bisa main lagu yang sama. Itu karena setiap pemainnya tahu, nada yang mereka mainkan bukan untuk tampil menonjol. Tapi untuk harmoni. Untuk menghasilkan simfoni keberhasilan.
Boleh jadi ini tidak cocok untuk perusahaan biasa. Tapi TSA bukan sekadar usaha. Ia adalah peradaban. Ia bukan tempat cari posisi, tapi tempat saling mengisi. Ia bukan tempat untuk bekerja sendiri, tapi tempat membangun mimpi bersama.
Jadi, kalau Anda datang ke TSA dan melihat pohon alpukat yang baru tumbuh, ayam yang mulai bertelur, dan kolam ikan yang menghijau, ingatlah: itu bukan hasil tangan satu orang. Tapi hasil tangan banyak orang yang tak peduli siapa yang dapat pujian.
Karena di sini, kami percaya: satu tangan tak pernah bisa menanam sejuta bibit. Tapi sepasang tangan ikhlas bisa menumbuhkan satu hutan harapan. Bersama.



